Gangguan & Kelainan pada Sistem Sirkulasi Darah
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel
darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari jantung yang
diperoleh dari paru-paru, dan kemudian mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh. Beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan
berdasarkan bentuk atau morfologi sel
darah merah, etiologi yang
mendasari, dan penampakan klinis. Penyebab
anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan, rusaknya sel darah
merah secara berlebihan hemolisis atau
kekurangan pembentukan sel darah merah ( hematopoiesis yang tidak efektif).
Seorang
pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari 13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki,
dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada
perempuan.
Anemia sel sabit adalah kondisi anemia di mana terdapat
ketidaknormalan bentuk sel darah merah, dari yang semestinya bulat dan
fleksibel, menjadi berbentuk sabit dan keras. Pada anemia sel sabit, tubuh
menjadi kekurangan sel darah merah normal untuk memenuhi transportasi nutrisi
dan oksigen ke seluruh tubuh. Sel darah merah yang berbentuk sabit tidak
memiliki jumlah hemoglobin yang cukup untuk mengangkut oksigen sesuai kebutuhan
tubuh. Selain itu, sel darah ini memiliki rentang usia yang singkat sehingga
pembaruan sel berjalan lambat.
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik
dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling
banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100
orang Indonesia membawa genpenyakit
ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia
berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25%
kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah
anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya kekurangan
faktor pembekuan darah. Hemofilia A timbul jika ada kelainan pada gen yang
menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII). Sedangkan, hemofilia B disebabkan
kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia A dan B tidak dapat dibedakan
karena mempunyai tampilan klinis yang mirip dan pola pewarisan gen yang serupa.
Hemofilia
adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat. Kelainan perdarahan
yang diturunkan yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam berkas Talmudpada Abad Kedua. Sejarah modern dari hemofilia dimulai
pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya anak yang
menderita hemofilia. Pada tahun 1820, untuk pertama kalinya
dilakukan ulasan tentang hemofilia oleh Nasse. Pembuktian
adanya kecacatan pada proses pembekuan darah pada hemofilia dilakukan oleh Wright pada tahun 1893. Namun,
faktor VIII (FVIII) belum teridentifikasi hingga tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil mengisolasi faktor pembekuan
dari darah, yang saat itu disebut sebagai faktor antihemofilia (AHF).
Leukemia atau lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan
penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah
medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang
ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari
sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid,
umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih) . Sel-sel normal
di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel
abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau
darah tepi. Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel
darah normal dan imunitas tubuh penderita. Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel darah
putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit.
Jumlah yang semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Penyakit jantung yang paling umum terjadi adalah penyakit jantung koroner. Penyakit ini terjadi ketika
pasokan darah yang kaya oksigen menuju otot jantung terhambat oleh plak pada
arteri koroner. Pada
dinding pembuluh arteri dapat terjadi kondisi ateroskelosis, yaitu penumpukan
kolesterol dan substansi lainnya yang semakin bertambah sehingga mempersempit
ruang arteri. Tumpukan ini disebut plak. Sejatinya plak sudah bersarang di
dinding arteri sejak seseorang masih muda. Makin tinggi usia seseorang, makin
menumpuk plak di lokasi yang sama.
Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah kondisi kronis di mana tekanan darah pada dinding arteri
(pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh
diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara
mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah dengan mengukur tekanan
darah. Berikut ini adalah faktor-faktor pemicu
yang diduga dapat memengaruhi peningkatan risiko hipertensi.
§ Berusia di atas 65 tahun.
§ Mengonsumsi banyak garam.
§ Kelebihan berat badan.
§ Memiliki keluarga dengan hipertensi.
§ Kurang makan buah dan sayuran.
§ Jarang berolahraga.
§ Minum terlalu banyak kopi (atau minuman
lain yang mengandung kafein).
§ Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Comments
Post a Comment