Tafakur 'Alam - Sebuah Kenangan di Bulu Ba'lea
Ini adalah cerita pendek, yang diambil dari kenangan saya bersama teman ketika Study Tour di Desa Bulu Ba'lea. Happy reading....
Terima Kasih sudah membaca...
Galeri saat di sana:
Tafakur ‘Alam
By Ahmad
Mushawwir
“AWI!!!…… AWI!!!!……” begitulah
teman-teman dengan ramai memanggilku di pintu gerbang SMAN 2 Makassar. Mereka
berkumpul seraya menunggu bus yang akan mengantar kami-guru dan siswa- ke
tujuan kami. “Gagahmu awiiiii” seorang teman mengataiku seperti itu ketika aku
sampai di pintu gerbang. Aku menganggapinya dengan diam. Aku pun tidak tau
apakah itu celaan? Sarkas? Atau memang guenya beneran gagah? Hehehe…….
Di Jum’at pagi yang cerah ini, semua sibuk persiapan untuk berangkat. Orang-orang
terlihat sibuk sampai berlagak sibuk. Ada yang angkat-angkat barang, nunggu
barang, ada yang mengatur posisi bus, ada yang mempersiapkan regu siswa, bahkan
ada yang make up ulang karena keringat telah membasahi dandanannya.
Kembali bahas kondisi penantian bus.
Aku dan lainnya berdiri sambil melihat sekeliling. Kata temanku, bus yang akan
membawa kami-siswa kelas IA 2- adalah Bus No. 2. Jadi aku menunggu sambil
mencari tau apakah bus itu sudah sampai atau belum. Beberapa menit kemudian datang
Fatur, lalu disusul Ikki, lalu Syauqi. Setelah cukup lama ngobrol bersama,
datang Eki yang juga sibuk persiapan. “We, sini ko dulu 2 orang bantu angkat
makanan ke bus.” suruh eki. Saya dan fatur pun pergi ke dalam sekolah untuk mengambil
makanan untuk penumpang Bus 2. Di depan lobby sudah menunggu Frau Lela dan Frau
Suwarsih yang mengatur makanan. *Frau adalah sebutan bagi guru
perempuan dalam bahasa jerman. Setelah mendapat
bagian makanan untuk bus 2, kami pun membawanya. Tau tau, diluar sudah ada
busnya. Setelah menunggu 30 menit, Bus 2 akhirnya datang. Barang pun sudah
dalam bus. Kami pun segera memberikan makanannya ke pak supir yang sedang
mengatur barang, lalu naik di bus.
Ternyata, diatas bus kami lagi lagi
harus menunggu. Bus tidak langsung jalan karena regu kami belum lengkap. Sisa
Andri yang belum ada di bus. Bus lain satu persatu berangkat melewati kami.
Tertinggal tapi bukan terbelakang, bus kami pun segera menyusul setelah 10
menit menunggu andri yang telat datang.
Di perjalanan…………
Bus pun berangkat menuju tujuan kami. Kami pun berdoa semoga perjalanan
kami lancer dan selamat sampai tujuan. Tujuan kami adalah desa ( kelurahan )
Bulu Ba’lea, yang terletak di Kec. Tinggimoncong, Gowa. Disana kami akan
menikmati liburan berkedok studi lapangan. Yah… kata orang-orang sih nanti kita
emang betul-betul liburan, bersantai. Rencananya, trip ini akan berlangsung
selama 3 hari, dan nanti disana kami akan menginap di rumah penduduk setempat.
Berbagai macam tempat telah kami
lewati, seperti Burung-Burung, Bili-bili, Malino, Hutan Pinus, Kebun Teh. Lalu
kami singgah di Pasanggarahan untuk melaksanakan Sholat Jum’at lalu makan
siang. Setelah itu kami lanjut perjalanan kami. Setelah sampai di kebun
strawberry ( sudah dekat dengan tujuan ), kami melihat banyak bus beriringan
melewati kami dari arah yang berlawanan. Ternyata penumpangnya sudah sampai di
Bulu Ba’lea dan bus nya sudah otw pulang.
Bus kami adalah bus ke-2 terbelakang, yang tiba sebelum Bus kelas IA 7.
Tiba di Bulu Ba’lea…………
Sampai di Bulu Ba’lea, kami disambut dengan warga setempat yang sudah
berkumpul di pinggir jalan-depan rumah mereka. Siswa-siswa dan guru-guru
lainnya pun sudah banyak yang tiba. Saat itu arloji sudah menunjukkan pukul 2
siang. Setelah turun dari bus, kami harus menunggu kepastian posisi tempat
menginap kami. Selang 10 menit, datang penanggung jawab trip memberitahu posisi
rumah masing masing kelas dan regu. Guru-guru akan menginap di rumah ibu Lurah,
sementara regu ku menginap di rumah Bu Mina bersama Regu Laki-Laki IA 1. *Bu Mina adalah nama samaran, gw lupa nama
aslinya. Reguku adalah Regu Laki-Laki IA 2, terdiri dari
Fatur, Ikki, Syauqi, Eki, Sopo, Andri, dan Saya. Dan Regu Laki-Laki IA 1
terdiri dari Fiqri, Naufal, Mizar, Iwan, Fauzul, dan Ilman. Kami dikumpulkan di
satu rumah karena di kelas ia 1 dan ia 2 Cuma itu siswa laki-lakinya. *Maaf atas kata-kata yang menurutku terkesan baku. Setelah sampai di
Rumah Bu Mina, kami pun beristirahat.
Petualangan dimulai…………
Setelah sholat ‘asr di mesjid, saya
bertemu dengan azlam. Kami pun berjalan kembali ke desa. Sore ini kegiatan
kosong, semua orang dibiarkan beristirahat, saling mengunjungi pondok teman di
regu lain, ada yang naik bukit, ya dibiarkan bebas ( asal jangan sampe hilang
). Bahkan, di rumah tempat anak ia 4,5,78 tinggal sangat ramai sekali, karena
banyaknya siswa laki-laki yang ingin main Play Station di sana. Suasana
berlangsung dengan bahagia, hingga malam pun menyerang.
Malam yang sangat dingin itu, menunjukkan hampir pukul 10 malam.
Ketenangan pecah dengan adanya peristiwa kesurupan seorang siswi di salah satu
rumah. Orang-orang kaget, panik, kepo. Guru-guru pergi untuk mengatasi masalah
ini. Saking serunya, bahkan ada orang yang menginfokannya ke media Makassar
Info, jadi masuk berita deh. Ya… kasus seperti ini memang sudah banyak terjadi,
suatu hal yang tak perlu di sembunyikan tapi tak perlu dibesarkan. Btw, Konon
diatas rumah tempat tinggal si siswa kesurupan tadi, terdapat jimat dan sesajen
untuk roh halus di sana. Bisa dikatakan seperti penunggu rumahnya lah.
Pelajaran pun dapat diambil, bahwa segala praktek kesyirikan ( seperti
menggunakan jimat, meletakkan jelangkung, atau memberi sesajen untuk jin )
adalah hal yang dilarang dan termasuk dosa besar. Kan gak enak kalau jin nya
suka tinggal di rumah, baru mulai cari gara-gara dengan mengganggu pemukimnya.
Setelah suasana mulai tenang, guru-guru pun memerintahkan agar seluruh siswa
kembali ke rumah nya masing-masing, dan beristirahat.
Hari ke-2………
Setelah sholat shubh, ihza
mengajakku lari-lari pagi. Aku pun ikut, dan di perjalanan kami ketemu azlam,
lalu azlam juga ikut lari pagi. Cuaca yang sangat dingin itu membuat
jalann-jalan pagi tidak memungkinkan, harus lari-lari pagi :v. Aku sangat
menikmatinya, menghirup udara yang segar, mendengar suara burung, melihat
pemandangan yang sangat indah. Suasana yang sangat tenang dan sangat jarang
ditemukan di perkotaan. Aku pun termenung, lalu bersyukur atas nikmat ini.
Rasanya sejuk sekali, menenangkan pikiran. *Bahkan saat aku
menulis ini, aku masih bisa mengingatnya dan membayangkannya. Aku pun bersyukur karena masih ada daerah yang terjaga kelestarian alam
nya, belum terusak oleh tangan-tangan perusak.
Setelah berlari hingga hampir sampai di Desa Tombolo, kami memutuskan
untuk kembali ke pusat desa Bulu Ba’lea. Sesampainya disana, sudah ada orang
yang keluar rumah. Rata-rata orang masih kedinginan. Pagi ini, orang-orang
mengisi kekosongan dengan aktivitas yang membuat mereka melupakan dingin yang
menusuk ini. Ada yang lari pagi, naik bukit ( kalo ini mah cari dingin namanya
), kembali tidur dirumah ( menganggap bahwa rumah dapat menghangatkan padahal
samaji dinginnya ), dan ada yang naik pick up warga untuk keliling desa.
Jam 9, makanan sudah ada dirumah, plus diberikan tugas-tugas observasi
di desa beserta laporannya. Hari ini bagaikan klimaks. Siswa sudah mulai
bekerja melakukan pengamatan, meskipun masih ada yang bersantai santai. Oh ya,
ada beberapa guru-guru dan siswa yang diutus ke SMA 5 Malino untuk mengunjungi
warga sekolah disana. Pukul 10, saya bersama ikki, syauqi, dan sopo melakukan
pengamatan fisika di atas bukit. Kami harus melakukan beberapa pengukuran
dengan meteran dan kompas. Setelah menyelesaikan tugas fisika, kami memutuskan
untuk lanjut naik ke puncak. Sesampai di puncak, lagi lagi saya terpesona
melihat indahnya bumi Allah ini. Tak lupa syauqi dan ikki memotret keindahan
alam ini. Rumah-rumah dibawah terlihat kecil, mobil, apalagi orang. Hal-hal itu
memberiku pelajaran, bahwa Dunia ini tidak seberapa dibandingkan Akhirat.
Harta-harta akan ditinggal, mereka perhiasan kecil di dunia. Akhirat itu
tinggi, tapi semakin kita mencari akhirat, kita semakin “menunduk”. Dunia itu
rendah, tapi semakin kita mencari dunia, kita semakin “mendongak”.
Turun bukit, saat itu sudah jam 11. Kami kembali kerumah untuk
istirahat, mandi, dan bersiap untuk sholat Zuhr. Pukul 13.00 waktunya makan
siang. Orang-orang pun sudah kembali dari SMA 5 Malino. Setelah saya selesai
makan siang, saya mengajak teman regu untuk mengerjakan laporan mapel sejarah,
tentang Dampak Revolusi Hijau di Bulu Ba’lea. Saya, Fatur, Ikki, dan Syauqi
mendatangi seorang bapak, yang saat itu ada di kebunnya. Kami pun memulai
wawancara kami dengan Bapak tsb. Setelah dirasa Data mencukupi, kami kembali ke
rumah untuk menyusun laporan.
Setelah Sholat ‘Asr, waktu kami kosong. Rasanya lega karena telah
menyelesaikan semua tugas dengan cepat. Sore itu banyak orang pergi refreshing, ada yang ke Hutan Pinus, ada
yang ke Kebun Teh, ada yang ke Air Terjun. Melihat itu, teman-teman sekelas
juga ingin ikutan pergi ke
tempat-tempat wisata. Kami pun memutuskan untuk naik ke puncak bukit yang tadi
saya dan syauqi datangi. Sampai dipuncak kami sekelas foto bersama. Menjelang
maghrib kami turun bukit. Malam harinya, ada acara Nonton Bareng Film G30S/PKI
di Rumah Bu Lurah (Kebetulan hari ini tanggal 30 September). Dengan menggunakan layar Tancap, orang-orang duduk melantai
di tanah sambil nonton. Ada juga yang menghiraukan nobar itu, dan memilih main
PS di rumah anak ia 4. Sedangkan teman-teman di Rumah Bu Mina main kartu Joker
dan main Werewolf.
Hari ke-3, Waktunya Pulang………
Hari ini tidak seperti hari kemarin.
Tidak ada lagi keseruan pagi hari seperti kemarin. Sekarang, orang-orang pada
bersiap untuk kembali ke Makassar. Tapi masih ada juga yang menyempatkan
waktunya ke tempat wisata. Ya……, dijadwalkan kami berangkat pada jam 9 Pagi,
jadi masih ada waktu untuk jalan-jalan, atau membeli oleh-oleh atau
cenderamata.
Pukul 09.00, bus sudah siap di
masing masing rumah. Kami pun berpamitan dengan Pengasuh kami di rumah
masing-masing. Tak lupa regu ku berfoto dengan Bu Mina, sebagai kenang-kenangan
dan memberikannya hadiah atas fasilitas yang diberikan. Setelah itu kami naik
bus, lalu berangkat. OTW Makassar………
Begitulah kisah perjalan kami ( in
awi’s view ) di Bulu Ba’lea. Kisah ku ber-tafakur alam disana. Seperti cerpen
cerpen lainnya, semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini. Assalamu
‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh. Salam damai bagi pembaca…….
Terima Kasih sudah membaca...
Galeri saat di sana:
*foto bukit1
Comments
Post a Comment