Memahami lebih dalam Perbedaan Novel dan Hikayat - LENGKAP
Ciri-Ciri Novel secara Umum:
Jumlah katanya lebih dari 35.000 kata.
Terdiri dari setidaknya 100 halaman.
Waktu untuk membaca novel setidaknya 2 jam atau 120 menit.
Ceritanya lebih dari satu impresi, efek, dan emosi.
Alur ceritanya cukup kompleks.
Seleksi ceritanya luas.
Ceritanya panjang, tapi banyak kalimat yang diulang-ulang.
Ditulis dengan narasi kemudian didukung dengan deskripsi untuk menggambarkan suasanya yang ada didalamnya.
Itu tadi ciri-ciri novel secara umum, selanjutnya ada yang namanya novel terjemahan, novel angkatan 20 dan 30an, dan novel remaja.
Ciri-Ciri Novel Terjemahan yang benar:
Menonjolkan watak dan perilaku tokoh berdasarkan latar belakang sosial budaya asing karya novel tersebut diciptakan.
Nama-nama tokohnya tidak begitu familiar.
Latar tempatnya tidak berada di Indonesia.
Bahasanya tidak mendayu-dayu.
Jenis-Jenis Novel yang Perlu Kamu Ketahui
Berdasarkan Nyata atau Tidaknya Kejadian.
> Novel fiksi, adalah novel yang tidak nyata atau tidak terjadi pada kehidupan nyata.
> Novel non-fiksi, adalah yang pernah ada atau nyata adanya.
Berdasarkan Genre Ceritanya
> Novel Romantis, adalah novel yang berupa kasih sayang dan cinta.
> Novel Horor, adalah novel yang berisi tentang hal yang menyeramkan.
> Novel Komedi, adalah novel yang berisi hal lucu.
> Novel Inspiratif, adalah novel yang berisi kisah inspiratif.
Berdasarkan Isi dan Tokoh
> Novel Teenlit, adalah novel yang berisi tentang remaja.
> Novel Chicklit, adalah novel yang berisi tentang perempuan muda.
> Novel Songlit, adalah novel yang diambil dari sebuah lagu.
> Novel Dewasa, adalah novel yang berisi tentang cerita orang dewasa.
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra karya prosa lama yang isinya berupa cerita, kisah, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kephalawanan seseorang, lengkap dengan keanehan, kekuatan/ kesaktian, dan mukjizat sang tokoh utama
Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
1. Cerita Rakyat
2. Epos India
3. Cerita dari Jawa
4. Cerita-cerita Islam
5. Sejarah dan Biografi
6. Cerita berbingkat
Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Melayu Asli
Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
Hikayat Si Miskin (bercampur unsur isl;am)
Hikayat Indera Bangsawan
Hikayat Malim Deman
2. Pengaruh Jawa
Hikayat Panji Semirang
Hikayat Cekel Weneng Pati
Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
3. Pengaruh Hindu (India)
Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
Hikayat Bayan Budiman
4. Pengaruh Arab-Persia
Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
Hikayat Bachtiar
Hikayat Seribu Satu Malam
Ciri-ciri Hikayat :
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang serba indah
MEMBANDINGKAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK NOVEL DAN HIKAYAT
DI SUSUN OLEH:
Khairul Ashhabil Amin
1. NOVEL
Nyanyian Cinta
Mahmud Ali El Kayyis adalah seorang pemuda yang kurang beruntung, dia hidup di rumah kontrakkan di sudut Chairo, Mesir. Menjalani hidup pas-pasan yang serba sulit. Di sela kuliahnya di Universitas Al Azhar, dia berjualan buku, majalah dan kaset-kaset islami untuk memenuhi kebutuhannya. Hingga pada suatu Hari ia menemukan tas hitam tergantung di kamar kecil masjid El Fath, kemudian ia serahkan kepada pengurus mesjid untuk mengurusi tentang tas tersebut.
Pada saat sedang berjualan seperti biasanya di depan masjid El Fath tiba-tiba seorang lelaki berjenggot bermuka ramah mendatanginya. Lelaki itu tak lain adalah salah satu pengurus masjid El Fath. Lelaki itu menyuruhnya datang ke kantor pengurus masjid karena ada seseorang yang ingin menemuinya. Ternyata orang yang ingin menemuinya adalah Pemilik dari tas yang ia temukan. Pemilik tas itu bernama Tuan Ragib Ali Ridhwan Hamid Ghazali. Pemilik tas tersebut ingin berterima kasih dan memberikan sesuatu kepada Mahmud karena secara tidak langsung Mahmud telah mengembalikan tas yang merupakan setengah dari perjalanan hidupnya, tetapi mahmud menolaknya, dan akhirnya karena rasa ingin berterima-kasihnya ia menyedekahkan cek senilai tujuh ratus tujuh puluh lima ribu pound untuk anak yatim dan fakir miskin.
Suatu hari di awal musim dingin ia pergi ke kampus.ia kangen dengan kampus. Ia ingin
menemui beberapa teman satu angkatannya yang belum lulus sambil refresing menyegarkan
pikiran. Di pintu gerbang ia berpapasan dengan Prof. Dr. Abdul Aziz Abduh. Mahmud menyalaminya dengan penuh takzim. Kemudian ia disuruh mendatangi beliau pada siangnya. Ternyata ia di tugaskan oleh lembaga dakwah Al Azhar untuk berdakwah di daerah awam di sudut terpencil kota mesir.
Disana banyak orang menyukainya tapi tak sedikit juga orang yang membencinya. Beberapa kali nyawanya terancam oleh sebuah mafia kecil yang secara diam-diam menanam ganja di tengah-tengah kebun. Mereka adalah bagian dari jaringan pengaedar narkotika di kawasan Mesir Selatan yang merasa keberadaan Mahmud sangat membahayakan.
Pada suatu sore Mahmud asyik bermain dengan anak-anak kebun korma. Tiba-tiba ada ular yang mendekati mereka. Itu adalah seekor ular kobra yang sangat berbahaya. Ia minta anak-anak menyingkir. kemudian Mahmud mencoba meringkusnya, akhirnya ular itu dapat diringkusnya dengan sebuah kain. Anak-anak gembira dan memuji Mahmud.
Suatu malam ia dituduh kelompok mafia sering menodai kesucian gadis desa yang bernama Sadia. Tetapi itu semua hanya fitnah, karena sadia ditemukan telah melakukan hubungan seks dengan orang kampung utara dengan posisi yang sangat memalukan. Tubuh keduanya telanjang. Keduanya sudah tidak bernyawa. Ada gigitan ular di kaki kedua manusia jalang itu. Setelah melihat itu Kepala desa langsung berkata pada ketua mafia yang menuduh Mahmud bahwa yang sering melakukan zina dengan sadia bukan mahmud tetapi orang dari kampung utara, dan akhirnya mahmud selamat dari fitnah tersebut. Peristiwa malam itu berbuntut panjang. Kakak Sadia yang juga anggota mafia kecil itu tidak bisa terima atas kematian adiknya. Ia tahu persis adiknya adalah korban dari makar busuk ketua mafia. Diam-diam ia mendatangi kantor polisi dan membocorkan rahasia yang selama ini ia pendam. Ia juga mendatangi kepala desa, dan membocorkan semua yang ia tahu, termasuk makar fitnah untuk membinasakan sang imam muda, Mahmud, pada malam itu. Polisi bergerak cepat. Seluruh anggota mafia di desa itu dan desa-desa sekitarnya di tangkap.
Bahkan jaringan yang lebih besar di Mesir selatan segera digulung. Kepala desa mengumpulkan warganya dan menjelaskan lebih detil tentang makar fitnah itu. Penduduk desa semakin mencintai Mahmud.
Tak terasa sudah sembilan belas bulan Mahmud berdakwah di desa itu. Sudah cukup banyak perubahan. Anak-anak sudah fasih baca Al Quran. Para orang tua sudah memahami isi aqidah Thahawiyyah, Fiqh Sunnah, dan inti risalah Islam. Sebuah balai serba guna didirikan di samping masjid. Tiga bulan lagi tugasnya usai. Ia ingin kembali ke Cairo dan melanjutkan S2. Ia hendak menyampaikan hal itu pada kepala desa, agar tidak mengejutkan kepergiannya. Usai shalat Maghrib ia membicarakn hal itu pada kepala desa dan beberapa pengurus masjid, termasuk Pak Raghib yang sangat dihormati. Apa yang ia sampaikan ditanggapi dengan keharuan dan tetesan airmata.
Pada bagian akhirnya ternyata ia menikahi anak dari pemilik tas yang penah ia temukan.
2. HIKAYAT
Indra Bangsawan
Indera Bangsawan adalah anak dari raja Indra Bungsu dan ratu Siti Kendi. Ia mempunyai saudara bernama Syah Fri. Ia tinggal di kerajaan kobat syahrila. Di kerajaan ia berguru pada Muallim Sufian dan beberapa Resih kerajaan.
Pada suatu malam, sang Baginda Raja bermimpi tentang buluh (bambu) perindu. Esoknya sang raja bercerita tentang mimpinya dan menyuruh kedua anaknya mencarinya.
Dalam perjalanan, awalnya Indra dan Fri selalu bersama, tetapi akhirnya mereka terpisah. Ketika terpisah dari adiknya Syah Fri bertawakal kepada penguasa jagad raya semoga adiknya selalu baik kemudian ia berjalan dan terus berjalan hingga ia menemukan suatu taman dan sebuah mahligai. Dalam mahligai itu, Syah Fri menemukan sebuah gendang, lantas ia memukul gendang itu dengan keras. Saat dia memukul gendang itu, dia mendengar ada suara aneh dari dalam gendang. Lalu Syah Fri merobek gendang tersebut. Ia kaget karena didapatinya seorang Putri dan dayang-dayang sedang bersembunyi di dalam gendang. Setelah dikeluarkan dari dalam gendang, Sang Putri bernama Ratna Sari itu bercerita bahwa dia disembunyikan di dalam gendang oleh ayahnya untuk menghindari serangan raksasa Garuda yang telah meluluh-lantah-kan kerajaan mereka. Tak lama kemudian, raksasa Garuda datang hendak membunuh sang Putri. Syah Fri segera menyelamatkan Sang Putri dan bertarung melawan raksasa Garuda. Akhirnya raksasa Garuda kalah, dan Syah Fri menikahi Sang Putri Ratna Sari dengan disaksikan oleh dayang-dayang Sang Putri.
Di lain tempat, Indera Bangsawan menemukan padang yang sangat luas. Di padang itu terdapat sebuah gua yang dihuni oleh raksasa perempuan. Indera Bangsawan lalu menjadikan raksasa perempuan itu sebagai neneknya. Selama mereka bersama, raksasa perempuan banyak memberikan pengalaman baiknya, memberikan ilmu-ilmu, memberikan buluh perindu, dan memberikan sebuah senjata untuk melawan Buraksa (raksasa jahat). Raksasa perempuan bercerita bahwa di wilayah itu, ada sebuah kerajaan yang akan dihancurkan oleh Buraksa. Raksasa perempuan menyuruh Indera Bangsawan untuk membantu kerajaan tersebut.
Kerajaan itu adalah kerajaan antah-berantah yang dipimpin oleh Raja Kabir. Akhirnya Indera Bangsawan berhasil masuk di wilayah kerajaan dengan menyamar sebagai si hutan.
Suatu ketika putri Kemala Sari sakit mata, dan para tabib kerajaan mengatakan hanya susu harimaulah yang dapat menyembuhkan tuan putri. Padahal waktu itu putri harus diserahkan kepada buraksa. Lalu Raja Kabir berkata, barangsiapa yang bisa mendapatkan susu harimau dan membunuh Buraksa dan membawa hidungnya yang tujuh, dan matanya yang tujuh, maka dia akan aku kawinkan dengan putriku, yakni Puteri Kemala Sari. Indera Bangsawan dan relawan lain bergegas mencari susu harimau dan dengan taktiknya ia menipu relawan lain dengan memberikan susu kambing kepada para relawan tersebut. Maka pulanglah para relawan lain untuk memberikan susu tersebut kepada raja. Lalu indra bangsawan pun mencari Buraksa.
Dengan taktiknya, Indera Bangsawan berhasil menemukan Buraksa lebih dulu dari pada relawan-relawan yang lain. Indera Bangsawan segera melawan Buraksa, dan akhirnya ia dapat mengalahkan Buraksa. Indera Bangsawan juga memotong hidung Buraksa yang tujuh dan mata Buraksa yang tujuh untuk dibawa menghadap Raja Kabir. Setelah sampai di istana, Indera Bangsawan segera menghadap Raja Kabir dengan membawa susu harimau dan potongan hidung serta mata buraksa. Raja Kabir bahagia karena ada orang yang dapat menyelamatkan putrinya. Pada saat itu juga, Putri Kemala Sari segera dinikahkan dengan Indera Bangsawan. Indera Bangsawan sudah mendapatkan buluh perindu yang diidamkan ayahnya, maka ia mengajak istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrila untuk menghadap ayahnya. Namun, Indera Bangsawan memdadak sakit keras.
Di lain tempat, Syah Fri tidak dapat tidur dengan nyenyak dan selalu memimpikan adiknya, Indera Bangsawan. Dalam mimpinya, Indera Bangsawan sedang sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Maka berangkatlah ia mencari Indera Bangsawan. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya ia menemukakn Indera Bangsawan sedang tergeletak sakit tak berdaya dengan ditemani istrinya yang tak lain adalah sepupu dari istrinya. Syah Fri lalu berusaha menyembuhkan Indera Bangsawan. Selang beberapa hari, Indera Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Fri dan istrinya lantas mengajak Indera Bangsawan serta istrinya untuk kembali ke kerajaan Kobat Syahrila.
Baginda raja Indera Bungsu sangat bahagia melihat kepulangan kedua putranya yang didampingi juga oleh istrinya. Indera Bangsawan juga langsung menyerahkan buluh perindu yang diidamkan ayahnya. Sang ayah bertambah bahagia dan langsung mengangkat Indera Bangsawan menjadi raja untuk menggantikan posisinya. Untuk membalas kebaikan hati kakaknya yang mau mencarinya untuk menyembuhkannya, Indera Bangsawan memberi Syah Fri batu hikmat. Batu hikmat tersebut dapat dimanfaatkan Syah Fri untuk dijadikan sebuah kerajaan lengkap dengan abdi kerajaan, rakyat, dan perlengkapan kerajaan.
Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama, saling bahu-membahu untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian.
PERBANDINGAN UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
PADA NOVEL
(A.1)Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang diambil dalam novel “Nyanyian Cinta ” adalah tentang perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta keteguhan dalam menjaga amanah.
2. Penokohan
Mahmud: Menjaga Amanah
Bukti: “kau telah tunaikan amanah dan insya Allah akan kami tunaikan amanah ini” kata pengurus masjid kepada Mahmud (halaman: 5)
Pengurus masjid:Ramah
Bukti: Pengurus masjid yang berjenggot lebat itu tersenyum ramah pada Mahmud (halaman: 4)
Tuan Ragab: Orang yang sangat bersyukur dan suka berterima kasih
Bukti:”Benar nak Mahmud. Saya sangat berterima kasih padamu. Sebagai rasa terima kasih, saya ingin memberikan sesuatu padamu. Nilainya mungkin tidak seberapa tapi semoga menjadi tanda syukur. Karena siapa yang tidak berterima kasih pada manusia dia tidak berterima kasih kepada Allah,” kata lelaki setengah baya berwajah bersih bernama Raghab itu. (halaman: 11)
Ramhi:pengharap imbalan
Bukti:Ramhi berkata” kamu sungguh bodoh!sok suci!miskin tapi sok kaya! Apa sih beratnya menerima tanda terima kasih” (halaman : 15)
Prof. DR. Abdul Aziz Abduh : Lembut dan penuh kasih saying
Pak Raghib: Baik Hati
Sadia:pendendam
Kakak Sadia:pendendam
Si Keriting:penuh nafsu
Bos Mafia:Jahat
Kepala Desa:Bijaksana
Hafshah:Lembut
3. Latar/setting
Latar Waktu
Pada novel “Nyanyian Cinta” penulis menceritakan kejadian yang dialami Mahmud ketika Masih kuliah hingga menikah.
Di mana ketika Mahmud sudah menyelesaikan strata satunya di Al-Azhar. Mahmud diminta oleh dosennya untuk berdakwah di sebuah kampong. Di dalam cerita di ceritakan kemudian hari-hari yang dijalaninya di kampung tempatnya berdakwah yakni di Asyyut selama 2 tahun.
Latar Tempat
Pada novel “Nyanyian Cinta” penulis banyak melakukan setting tempat di Daerah Mesir, Cairo. Setting tempat yang biasa terpakai adalah Fakultas dakwah Al-Azhar, Mushala kampus, Masjid El-Fath, Kos Mahmud, Halaman Masjid, kemudian dilanjutkan pada tempat ketika berdakwah yakni di Asyyut, Rumah pak Raghib, Tempat sementara Mahmud di Asyyut, Sawah, Rumah Hafsha dan lain sebagainya.
Latar Suasana
Latar suasana yang ada dalam novel ini beragam dikarenakan konflik-konflik yang muncul juga beragam. Ada kalanya senang, sedih, hingga cemas. Berikut ada penggalan kisah yang menjelaskan suasana dalam novel :
- Suasana senang
Hatinya riang, sudah delapan buku yang terjual. Keuntungan masing-masing buku tiga pound. Dan sebelum maghrib ia sudah dapat dua puluh empat pound. Ia tersenyum. “Alhamdulillah yaa rabb”. Pujinya pada tuhan yang memberi rejeki.
- Suasana sedih
“Oh, Oh siapakah gerangan yang mengambil bukuku?”. Buku itu sangat berharga bagi Mahmud, mungkin bagi sementara orang harganya murah. Tapi bagi dirinya yang serba kekurangan buku itu sangat mahal. Sangat berharga.
4. Alur
Alur Maju.
Alasannya: berawal dari Mahmud yang Menemukan Tas di dalam toilet kemudian meyerahkan kepada pengurus mesjid, kemudian ketika pemilik tas ingin memberi balas budi pada Mahmud namun ia menolaknya. Dilanjutkan dengan dakwahnya di Asyyut yang disana hampir saja ia terfitnah oleh Bos mafia pengedar narkoba. Dan diakhiri dengan ia menikahi anak dari pemilik tas yang ia kembalikan tersebut.
• Eksposisi (Pendahuluan) :
ketika sang Mahmud sedang dalam pembelajaran dikampusnya.
Bukti:
hari ini ia mandapatkan penjelasan yang dalam tentang Amanah, satu dari empat sifat utama Rasulullah. Prof. DR. Abdul Aziz Abduh menguraikannya dengan bahasa yang menghidupkan jiwa. Kampus tertua di dunia ini tiada berhenti menempa generasi(halaman 3)
• Komplikasi (permasalahan) :
Ketika sang Mahmud menemukan sebuah tas hitam di dalam toilet.
Bukti:
Ia mengambil tas hitam itu kemudian keluar dan berteriak ka arah orang-orang yang sedang berwudhu,”Ada yang merasa memiliki tas ini!” Taka da yang menjawab. Sekali lagi ia berteriak ,”perhatian! Maaf, ada yang merasa memiliki tas ini. Aku temukan tergantung di kamar kecil nomor tiga belas.” “serahkan saja pada pengurus masjid. Diapa tahu nanti pemiliknya mencari!” sahut yang lain.
(halaman 5)
• Tahap peningkatan konflik :
Bukti:
“Begini Mahmud, Ada sebuah daerah di pelosok selatan mesir yang sangat membutuhkan seorang dai. Maukah kamu diutus kesana sebagai utusan resmi Al-Azhar selama dua tahun”. Ucap DR. Abdul Aziz. Mendengar penjelasan beliau, hati Mahmud gerimis” saya wakafkan diri saya untuk dakwah Doktor. Untuk dakwah saya siap ditempatkan dan di utus dimana saja.
• Klimaks (puncak permasalahan) :
Bukti:
“suratku tak pernah ditanggapinya. Mala mini imam sok suci itu akan tahu siapa Sadia. Dia akan tunduk di telapak kakiku.” Gumam Sadia. Tepat pukul sepuluh Sadia dan si keriting masuk rumah Mahmud lewat pintu belakang. Sadia berpakaian setengah telanjang. Ia benar-benar sudah kehilangan rasa malunya. Diluar rumah ketua mafia bersiaga penuh dengan beberapa anak buahnya. Beberapa anak buah yang lain bertugas membawa pemuda untuk memfitnah dan menyebarkan isu yang buruk tentang Mahmud.
• Penyelesaian :
Bukti:
“Dalam hati aku berdoa kepada Allah, jika pemuda itu memang benar-benar saleh dan menjaga amanah semoga kelak ia menjadi jodohku. Dan Allahu Akbar! Allah mengabulkan doaku. Ucap Hafshah
“Allahu Akbar!. Saat itu aku menolak amplop pemberian ayahmu, dan ternyata Allah menyiapkan Sesuatu yang lebih berharga dari itu.” Sahut Mahmud. Kemudian Hafshah mendekatkan mukanya kearah Mahmud. Sesaat suasana haru dan indah memenuhi kamar pengantin. Kedua makhluk Allah itu tenggelam dalam rasa syukur yang panjang.
5.Sudut Pandang
Sudut pandang yang di gunakan dalam novel “Nyanyian Cinta” adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6.Gaya Bahasa
Penggunaan bahasa novel “Nyanyian Cinta” menggunakan bahasa yang baku.
Menggunakan majas atau ungkapan, contoh :
“ Muhammad menjadi cahaya dalam dada. Menjadi mentari bagi semangat kami”
7.Amanat
Amanat dari novel “Nyanyian Cinta” adalah pentingnya menjaga amanah, jangan terlalu mengharap imbalan dari seorang manusia biasa atas sebuah kebaikan, jangan bersifat pendendam, banyak-banyak bersyukur kepada Allah dan lain sebagainya.
PADA HIKAYAT
(A.2) Unsur Ekstrinsik
Latar Sosial
kehidupan Anak kampusnya yang sangat sederhana, sehingga mereka cenderung bekerja untuk memenuhi biaya hidup dan kuliah mereka. Seakan mengisahkan kembali kehidupan Habiburrahman sewaktu ia masih berkuliah di Al-Azhar.
Latar Belakang Tempat Tinggal
Lingkungan tempat tinggal pengarang mempengaruhi psikologi penulisan novel. Apalagi pada novel “Nyanyian Cinta” menggunakan latar Cairo yang merupakan tempat Habiburrahman Menyelesaikan sarjananya.
Latar Belakang Ekonomi
Sebagian besar mahasiswa bekerja untuk kebutuhannya. Digambarkan dalam novel bahwa Mahmud adalah seorang yang ulet dalam belajar dan mencari penghidupannya. Namun tidak melupakan akan ibadah wajib kepada Allah Swt.
Kelebihan : Banyak hal- hal yang menarik dalam cerita novel ini.
B). UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK HIKAYAT
(B.1) Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema yang diambil dalam hikayat “Indra Bangsawan” adalah tentang kehidupan yang saling bahu-membahu dan tolong menolong antara Indra Bangsawan dan Syah Fri kakaknya.
2. Penokohan
Indra Bangsawan: licik, suka menolong dan baik hati.
Syah Fri: suka menolong
Raja Indra Bungsu dan Ratu Siti Kendi: sabar dan selalau ingat kepada tuhan
Raja Kabir: mudah menyerah dan takluk pada musuh.
Putri Ratna Sari: penakut
Putri Kemala Sari: setia
Raksasa perempuan: Baik hati
Raksasa Garuda dan Buraksa: jahat
3. Latar/Setting
Latar Tempat: Negri kobat Syahrial, hutan, taman, gua, dan negri Antah berantah
Latar Waktu: latar waktunya tidak diketahui dengan jelas
Latar Suasana:
- Suasana Senang:
“Akhirnya, kedua kerajaan itu berkembang bersama, saling bahu-membahu untuk menciptakan kerukunan, kemakmuran, dan perdamaian”
- Suasana Cemas:
“Syah Fri beberapa hari tiada dapat tidur dengan nyeyak karena selalu memimpikan adiknya, Indra Bangsawan. Dalam mimpinya Indra Bangsawan sakit keras dan membutuhkan pertolongannya. Mka berangkatlah ia bersama istrinya beserta dayang-dayang mencari adiknya.
4.Alur
Alur Maju
Alasannya: karena berawal dari keinginan raja Indra Bungsu yang ingin memiliki seorang anak, diteruskan dengan lahirnya Syah Fri dan Indra Bangsawan, kemudian mereka disuruh mencari buluh perindu, lalu mereka terpisah, Syah Fri bertemu dengan putri Ratna Sari dan menyelamatkannya dari raksasa garuda, pertemuan Indra Bangsawan dengan raksasa perempuan yang diangkatnya menjadi neneknya, Indra Bangsawan menyelamatkan Putri Kemala Sari dari Buraksa, lalu berlanjut dengan Indra Bangsawan sakit keras, Syah Fri Cemas dan mencari adiknya setelah bertemu kemudian ia meyelamatkan adiknya, dan didutup dengan mereka kembali ke kerajaan menemui ayahnya di Kobat Syahrial.
Ekposisi (Tahap perkenalan):
“Indra Bangsawan adalah putera raja Indra Bungsu dan ratu Siti Kendi dari kerajaan Kobat Syahrila.”
Penampilan Permasalahan:
“Suatu hari Raja Indra Bungsu menginginkan anak. Lantas beliau mengutus patihnya untuk memerintah orang-orang membaca doa qunut dan bersedekah”
Komplikasi (Tahap Permasalahan) :
“Suatu malam, Baginda raja memimpikan buluh perindu yang bersuara sangat merdu kemudian mengutus kedua anaknya untuk mencarikannya”
Tahap Klimaks :
“Maka Syah Fri meyelamatkan Putri Ratna Sari dan bertarung dengan raksasa garuda hingga raksasa garuda tewas”
Di lain tempat “ Indra bangsawan mencari susu harimau dan bertarung melawan buraksa dan memenggal hidung dan mata buraksa yang tujuh dan menghadiahkannya kepada Raja Kabir”
Tahap Ketegangan Menurun:
“Selang beberapa hari Akhirnya Indra Bangsawan berangsur-angsur sembuh. Syah Fri dan Istri mengajak Indra Bangsawan dan istrinya menemui ayahanda mereka di negeri kobat Syahrial”.
5.Sudut Pandang
Hikayat diatas menggunakan Sudut pandang orang ketiga serba tahu.
6.Gaya Bahasa
- Penggunaan bahasanya sulit di mengerti.
- Menggunakan bahasa melayu kuno.
- Menggunakan kata penghubung maka dalam awal kalimat, contoh:
“Maka tatkala raja Indra Bungsu Menginginkan seorang anak.”
7.Amanat
- Ingatlah pada tuahn saat kesusahan dan kebahagiaan
- Saling tolong-menolonglah terhadap sesama
- Janganlah kita mudah menyerah dalam menghadapi suatu hal.
(B.2) Unsur Ekstrinsik
Nilai Pendidikan
- Kita harus saling tolong-menolong terhadap sesama dan pada orang yang membutuhkan tanpa rasa pamrih.
Nilai Moral
- Jangan kita menipu orang lain untuk meraih sebuah kesuksesan.
Nilai Agama
- Kita harus selalu mengingat kepada Tuhan.
Contoh Novel:
1. Lajang-lajang pejuang
2. Menjadi remaja langit
3. Lentera cinta
Contoh Hikayat:
1. Hikayat Hang Tuah
2. Hikayat Abdullah
3. Hikayat Bayan Budiman
4. Hikayat Iskandar Zulkarnian
5. Hikayat Kalila dan Daminah
Comments
Post a Comment